Saturday, September 24, 2011

ketika pendapat adalah pendirian

Hidup diantara tiga generasi pemikiran yang bebeda memang ngga mudah, apalagi dengan watak yang cenderung keras kepala dalam masing-masing individu nya.
Generasi yang lebih muda, sebagaimana yang selalu diajarkan dalam adat kita, harus 'nurut' dan 'tunduk' kepada yang lebih tua.
Entah hanya saya yang merasa, atau ada diantara kalian yang juga merasa, bahwa generasi yang lebih tua dirasa sedikit tidak peka dan tidak mau mengerti.
Dengan alasan 'karena kami tau apa yang terbaik untuk kamu', segala keinginan dan tingkah laku kita, mau tidak mau harus 'sedikit' terbatasi.
Jujur, saya sedikit tidak nyaman dengan keadaan seperti itu.
Saya mungkin belum begitu paham bagaimana beban tanggung jawab yang harus dipikul dalam membesarkan seorang anak, tapi saya selalu mencoba untuk paham.
Dan saya juga amat sangat menginginkan diri saya untuk juga dipahami.

Pada hakikatnya, semua makhluk hidup di dunia ini akan tumbuh dan berkembang, bergerak, dan juga beradaptasi, seperti bagaimana yang tertera dalam buku Biologi saya ketika di bangku SMP dulu.
Seorang gadis kecil yang lugu dan penurut akan tumbuh dan berkembang menjadi seorang gadis seperlima-baya yang labil dan sedikit pemberontak.
Seorang gadis kecil yang hanya bisa berlarian di sekitar rumah juga akan bergerak berlompatan berlarian mengejar mimpinya entah dimana.
Seorang gadis kecil yang selalu hafal dengan sanggahan-sanggahan akan pendapatnya, lama-lama juga akan beradaptasi bagaimana ia harus berpendapat agar ia bisa diakui dan dimengerti.
Mungkin disadari juga kalau bisa, kalo minggu depan saya sudah akan berusia dua puluh tahun..

Generasi termuda di rumah saya adalah saya, generasi yang lebih tua adalah ibu saya, dan yang tertua adalah kakek dan nenek saya.
Ketika generasi tertua tak pernah mencoba memahami pemikiran generasi yang termuda, yang cenderung mereka bisa lakukan hanyalah menghujani generasi yang lebih tua dengan laporan-laporan dan aduan-aduan yang sebenarnya 'biasa' saja.
Saya paham bagaimana menjadi seorang 'generasi tengah-tengah'. Harus memahami yang termuda kah, atau, sperti yang saya ungkapkan di awal tadi, menuruti generasi yang tertua seperti bagaimana adat mengajarkannya.

Perilaku saya sebagai seorang generasi termuda di rumah ini memang buruk, saya akui, tapi mereka juga harus mengerti, bahwa saya makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang, bergerak, juga beradaptasi.
Saya tahu saya diberi kepercayaan, saya hargai itu. Tapi saya tidak nyaman kalau harus dicurigai dan dihujani dengan pikiran-pikiran negatif hanya karena saya pulang terlambat.
Saya ingat orang tua, saya ingat saya punya Tuhan, saya ingat saya punya kewajiban.
Tanya saja saya baik-baik, dengan senang hati akan saya ceritakan di ruang keluarga dengan keriangan.
Jangan sebut saya tidak sopan kerena saya bicara dengan nada tinggi kalau saya disambut dengan omelan-omelan bernada tinggi ketika masuk rumah.
Belum lagi ketika saya mendengar aduan yang salah mengenai diri saya.
Silahkan sebut saya tidak sopan, tapi maaf, saya tidak suka diperlakukan seperti itu.
Maaf sedikit 'menentang', tapi saya memang yang benar, dan saya tahu betul kalau saya benar.
Sudah saatnya kalian harus paham pendirian saya.
Dua puluh tahun saya rasa cukup untuk mulai menunjukkannya sekarang.
Saya bisa saja selalu salah di mata kalian, tapi kalian juga tidak pernah selalu terlihat benar terus-terusan di mata saya :)

No comments:

Post a Comment