Sunday, June 19, 2011

one-fifth life crisis

One-fifth life crisis..

Istilah ini tiba2 saja mendominasi pikiran saya beberapa hari ini setelah mengejek seorang temen saya yg baru lulus kuliah dan galau akan masa depannya.

Waktu itu saya ngatain dia bimbang, galau, dan memasuki fase quarter-life crisis, dimana org2 usia seperempat-baya, apalagi yg baru lulus kuliah seperti dia, mulai galau2nya memikirkan apa yg harus mereka lakukan buat masa depannya. Tiap hari ga ada kerjaan, nganggur ga jelas nungguin wisuda, sementara mau kerja juga masih belum siap. Yang saya ketahui, dia adalah org yang tenang, tapi di saat seperti ini bisa juga dia merasa cemas akan masa depannya. Well. That was him and his quarter-life crisis..

Kembali ke one-fifth life crisis.. saya ga tau pasti apa terjemahan yang tepat buat istilah ini, tapi yg jelas, hal ini biasanya dialami oleh org2 yang menginjak usia 20, seperti saya. Ga jauh beda dgn quarter-life crisis, ini juga fase ‘galau’ bagi org2 akan kehidupannya, masa depannya, tapi dgn rentang usia yg berbeda.

I’m 19, and I’m turning 20 this October. Akhir2 ini saya juga mulai G6, Galau Galau Gimana Gitu Guys, soal kehidupan saya. Ga Cuma masa depan, tapi juga perasaan, terutama cinta. Tekanan, situasi, kejadian, dan pengalaman yg terjadi pd saya belakangan, tiba2 bikin saya mikir dan.. mungkin bukan cuma mikir ya, entahlah apa namanya. Oke, kita sebut aja mikir, for simple. And im feeling I’m in my one-fifth life crisis.

Why?

Karena saya akan lulus kuliah taun depan, dan saya masih gatau apakah saya akan lanjut S1 apa ngga, mengingat biayanya juga cukup besar. Sementara cita2 yg saya agung2kan dari TK untuk menjadi guru selalu menggedor2 perasaan saya seakan memaksa saya to get further.

Hidup diantara orang2 dengan pemikiran berbeda2 memang kadang bisa bikin hidup lebih ruwet. Beberapa bilang
'lanjut aja, kamu pasti bisa’,
‘lanjut aja, D3 mau jadi apa’,
‘lanjut aja, mana ada jadi guru Cuma lulusan D3’..

sementara yg lain bilang
‘udahlah, langsung kerja aja, ga malu apa jadi tanggungan org tua mulu’,
‘udahlah mau D3 mau S1, yg penting tu kemampuan, bukan gelar’,
’udahlah gausah lanjut, ga capek apa sekolah terus’.

Kata2 yang seperti itu yang kadang bikin galau setengah mampus.. di saat kita gatau harus apa, di saat kita belum tau mau yakin sama yg mana, pendapat yg berbeda memang selalu berhasil mebuat segalanya lebih ruwet. Kalo cuma bisa bilang, saya bisa aja bilang ‘gampanglah, let it flow aja’ tapi hidup bukan aliran air, hidup adalah jalan panjang yg harus kita lalui sendiri, kalo kita beruntung, kita bisa menemukan U-turn, kalo engga, yaudah.. hehe :p

Soal cinta, entah apakah pantes saya  cerita soal ini disini.. tapi share ga ada salahnya kan ? :) , toh bisa juga dibikin sedikit lebih implicit ;)

Di dunia ini ada tipe orang2 yg selalu butuh motivasi, dan pacar selalu berhasil jadi motivasi untuk mengambil sebuah langkah yg mgkin bisa berpenagruh buat hidup mereka.

Dan ketika mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mereka harus bisa memotivasi diri mereka sendiri, taruhan ini bener2 sulit buat mereka.

Sementara org2 disekitar mereka bisa dengan gampang dan dengan bangga membanggakan pacar nya, atau betapa gampang mereka bisa jatuh cinta lagi setelah putus. They'll be jealous on how do they have someone to be proud of, or how they can be somebody’s pride.. They'll be jealous on how their friends can easily move on from their bad relationship in the past and fall in love again with another guy

Itu masih yang pacaran, beberapa mungkin sudah siap nikah setelah lulus kuliah nanti. Ketika mereka wisuda, mereka akan didampingi seseorang yang siap jadi imam untuk masa depan mereka.

Sementara yang disini, masih gatau harus ngapain. Kadang bahkan masih mikir apakah ini tepat atau engga, apakah ini bener2 yg Tuhan inginkan atau engga, apakah nanti aku berjodoh dengan dia atau engga.. dan sampe suatu hari muncul sebuah pertanyaan, “APAKAH JODOH SUDAH PASTI SALING MENCINTAI SATU SAMA LAIN?”

Pertanyaan itu tak terjawab, sampai sekarang..

One-fifth life crisis memang sebuah fase yg mau ga mau harus saya lalui untuk menjadi lebih dewasa, tapi saya ga pernah membayangkan selemah  inikah saya dalam melaluinya?

Ketika percaya gabisa selalu dijadikan patokan untuk mencapai tujuan, ketika harapan tak bisa dilambungkan terlalu tinggi, ketika ikhlas terasa terlalu sulit..
Kamera ini belum bisa menangkap fokusnya dengan jelas..

otha :)

No comments:

Post a Comment