Friday, February 14, 2014

One Billion Rising Surabaya 2014 #Rise4Justice


Menari di bawah hujan abu...


Saya nggak pernah terlibat dalam sebuah social movement apapun sebelumnya dalam hidup saya. Tapi ketika salah seorang teman mengirimkan sebuah chat ajakan, atau undangan buat liputan sih lebih tepaynya, ke saya untuk ikutan kegiatan ini, nggak tau kenapa saya langsung minat dan excited banget buat ikutan.

One Billion Rising adalah sebuah social movement yang udah banyak diadakan di luar negeri, salah satunya di Amerika. Gerakan ini adalah gerakan untuk menolak kekerasan pada wanita. Misalnya kaya KDRT, atau cewek yang sering dipukulin pacarnya, dan semacemnya. Saya nggak seberapa paham sejarah dibikinnya gerakan ini, yang saya tahu, di Surabaya ini sudah dua kalinya kegiatan ini diadakan serentak di seluruh dunia setiap tanggal 14 Februari, pas hari Valentine.

Valentine tahun ini adalah pertama kalinya saya ikutan kegiatan ini. Seperti yang saya bilang di awal, nggak tahu kenapa saya langsung aja gitu tertarik buat ikutan. Saya merasa terpanggil, tsaaaah hahahahaha. Eh iya loh tapi, seriusan, saya merasa “oke, aku harus ikut, karena ini keren banget, karena ini penting banget buat perempuan” kaya gitu-gitu. Dan seketika jiwa feminist saya naik beberapa level ahahaha.

Jadi, di kegiatan One Billion Rising ini kita akan diajakin flashmob, atau nari bareng. Gerakan koreonya boleh ngikutin yang di Amerika sana, boleh kreasi sendiri. Begitupun theme song-nya yang berjudul Break The Chain. Pertama kali saya denger lagunya, plus mengamati setiap liriknya, saya nggak bohong dan bukan bermaksud lebay, saya merinding dan sampe mau mewek dengernya. Lirik nya motivating banget. Seakan sebagai perempuan kita diingatkan, “eh kamu tuh berharga, jangan mau direndahkan, jangan mau disakitin. Kamu punya masa depan, kamu cantik, dan kamu hebat.”

Jam 9 pagi agak telat dikit, menerjang hujan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud malam sebelumnya, saya tiba di Taman Bungkul. Sempet deg-degan takut telat ikutan nari, tapi ternyata temen-temen OBR Surabaya masih pada gladi resik. Syukurlah bisa nimbrung bentar buat latihan dikit-dikit. Udah lama banget nggak senam, nggak nari, sejujurnya, I hate dancing, dengan gerakan koreo sesimpel dan sesebentar itu, udah lumayan bikin saya ngos-ngosan ternyata ahahaha.

Begitu udah dimulai narinya, yang disebut “rise” oleh temen-temen OBR Surabaya, saya langsung merinding. Kompak bangeeeeet semuanya nari dengan bahagia ya ampuuunn :”)
Ada banyak temen-temen dari Paguyuban CakNing Surabaya, bapak-bapak dan ibu-ibu Disbudpar, dari Goethe Zentrum, dari UK Petra, terus nggak tau dari mana lagi.




Sambil nari, sambil dengerin liriknya, kalo itu tempat nggak lagi rame, mungkin saya bisa jongkok di pojokan nangis saking terharunya. Segininya usaha orang-orang ini untuk melawan kekerasan pada wanita. Segininya usaha orang-orang ini untuk mengingatkan tentang kekerasan pada wanita. Apalagi dengan jumlah yang menurut saya nggak sedikit, mereka rela tetap datang di bawah hujan abu yang lumayan tebal.

All rise for justice! *tebak aku dimana hihihi*
Kekerasan pada wanita mungkin adalah hal yang sering kita dengar di kehidupan sehari-hari. Kekerasan disini bukan cuma yang kayak dipukulin gitu, tapi juga dilecehkan secara fisik maupun mental. Pokoknya yang bersifat merendahkan wanita. Hal yang kaya gini tanpa kita sadari sering terjadi di sekitar kita, apalagi di Indonesia yang budaya patriarkalnya masih sangat kental sekali. Men dominate women, men are more superior than women. Laki-laki menguasai wanita, karena laki-laki dianggap lebih kuat. Halo kalian, anggapan lebih kuat atau superior bukan berarti kalian bisa lebih seenaknya pada wanita ya.

Selesai nari, ada acara bikin kartu pos juga. Ini bikinan saya hihihi

One of my favourite postcards


Wanita seringkali jadi korban dalam hal atau kasus kaya gini. Nggak jarang, udah dianggap sebagai korban, dianggap sebagai penyebab juga. Dengan alasan-alasan lucu misal karena pake rok mini, karena pake baju seksi, dll. Dalam hal ini wanita juga perlu diingatkan, jadilah wanita yang bijaksana. Kamu lah yang mengontrol tubuhmu, mengontrol dirimu.

Kontrol diri, itulah alasan One Billion Rising memilih menari sebagai cara untuk menyuarakan aksi mereka. Dengan menari, kita mengontrol diri dan membebaskan diri kita untuk bergerak. Ya, membebaskan, sebagaimana harusnya perempuan bisa mengontrol dirinya sendiri dan bebas dari kekerasan.


Selamat hari Valentine!

No comments:

Post a Comment