Wednesday, February 12, 2014

Bu Risma Juga Manusia


(foto: http://media.viva.co.id/thumbs2/2014/01/20/237252_wali-kota-surabaya-tri-rismaharini_663_382.jpg)

Dear Bu Risma, ibu boleh capek kok… :”)


Saya nggak peduli saya akan dibenci orang Surabaya atau nggak setelah saya menulis ini. Saya cuma ingin berbagi dan mengutarakan opini saya soal kabar yang belakangan menggetarkan warga Surabaya tentang rencana pengunduran diri walikota kita tercinta, ibu Tri Risma Harini.

Bu Risma memang sosok yang luar biasa. Tiga tahun memimpin kota Surabaya, sudah 51 penghargaan yang dipersembahkan bagi kota kita ini. Sebut saja salah satunya, Taman Bungkul terpilih menjadi taman terbaik se-Asia 2013 lalu. Saya, yang biasanya nggak tau siapa nama walikota Surabaya, sejak Bu Risma menjabat, saya tau siapa walikota saya, dan dunia juga harus tau siapa walikota saya.

Kurang dari setengah jam yang lalu, ketika saya menulis ini, mungkin hampir lebih dari setengah dari warga Surabaya, termasuk saya, sedang berurai air mata menyaksikan ibu walkota kebanggaannya mencurahkan isi hatinya di sebuah acara di salah satu televisi swasta. Dengan air mata yang membuat warga kota Pahlawan patah hati, Bu Risma berbicara blak-blakan tentang rencana pengunduran dirinya. Beliau bilang, beliau capek.

Seketika media sosial Twitter dipenuhi dengan segala ekspresi ketidakrelaan atas rencana mundurnya Bu Risma. Segala macam ekspresi menyayangkan, kecewa, nggak rela, hingga dukungan ditujukan untuk Bu Risma saat itu. “Kami sayang Bu Risma,””Kami bangga punya Bu Risma, Bu Risma jangan mundur!” blablabla segala yang baik-baik buat Bu Risma.

Orang bilang, biarkan orang yang kamu cintai/sayangi bahagia. Nah, kalo sayang Bu Risma, kenapa nggak ngebolehin Bu Risma ‘istirahat’? Bu Risma juga manusia, Bu risma bisa capek juga lho, teman-teman. Bu Risma mau istirahat. Di luar jabatannya sebagai walikota, Bu Risma adalah seorang ibu yang mencintai anak-anaknya, seorang ibu yang ingin mengurusi anak-anaknya layaknya ibu-ibu pada umumnya.

Tapi, Bu Risma juga mengurusi Surabaya layaknya anaknya sendiri lho, gimana dong?

Benar, dan menurut saya, Surabaya adalah anak yangsudah cukup bekal untuk dilepas latihan jadi mandiri. Masa apa-apa yang ngurusin masih ibunya sih? ;)
Bu Risma memang wanita yang luar biasa. Segudang prestasi beliau persembahkan buat Surabaya. Seabrek perbaikan dan kebaikan sudah diberikan untuk Surabaya. Ketika Bu Risma capek dan ingin istirahat, masa sih kita dengan egois nya melarang beliau untuk mundur? Halo Surabaya, Bu Risma tidak se-egois itu ketika rela turun langsung mengatur lalu lintas, menjadi pemadam kebakaran dadakan, turun langsung membersihkan got loh.

Menurut saya, Bu Risma sudah memberikan contoh dan bekal yang cukup bagi Surabaya. Oh, dan memberikan inspirasi bahwa siapa saja bisa menjadi pahlawan di sekitarnya. Ayo lah, kurang terisnpirasi apa sih kalian untuk mencontoh Bu Risma dan menjadi warga yang mandiri nggak tergantung sama Bu Risma?

Jadi, kamu mendukung Bu Risma untuk mundur?


Nggak juga. Saya kasihan aja lihat Bu Risma curhat nangis-nangis di tivi. Air mata ibu yang tulus mengurus ‘anak’ tidak bisa berbohong. I do really wish Bu Risma tetap memimpin Surabaya, tapi Bu Risma juga manusia,  bisa capek, bisa muntab. Mari kita memposisikan Surabaya sebagai anak nakal yang sudah cukup dinasehati dan digembleng, dan anggap saja anak nakal ini sudah mulai disuruh belajar mandiri agar tidak terus-terusan manja diurusi oleh ibunya. Apapun keputusan Bu Risma, sudah semestinya kita mendukung, sebagai salah satu bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kita kepada beliau. Bisa kasih apa lagi sih kita buat Bu Risma selain itu?

2 comments: