(foto: http://media.viva.co.id/thumbs2/2014/01/20/237252_wali-kota-surabaya-tri-rismaharini_663_382.jpg) |
Dear Bu Risma, ibu
boleh capek kok… :”)
Saya nggak peduli saya akan dibenci orang Surabaya atau
nggak setelah saya menulis ini. Saya cuma ingin berbagi dan mengutarakan opini
saya soal kabar yang belakangan menggetarkan warga Surabaya tentang rencana
pengunduran diri walikota kita tercinta, ibu Tri Risma Harini.
Bu Risma memang sosok yang luar biasa. Tiga tahun memimpin
kota Surabaya, sudah 51 penghargaan yang dipersembahkan bagi kota kita ini.
Sebut saja salah satunya, Taman Bungkul terpilih menjadi taman terbaik se-Asia 2013 lalu. Saya, yang biasanya nggak tau siapa nama walikota Surabaya,
sejak Bu Risma menjabat, saya tau siapa walikota saya, dan dunia juga harus tau
siapa walikota saya.
Kurang dari setengah jam yang lalu, ketika saya menulis ini,
mungkin hampir lebih dari setengah dari warga Surabaya, termasuk saya, sedang
berurai air mata menyaksikan ibu walkota kebanggaannya mencurahkan isi hatinya
di sebuah acara di salah satu televisi swasta. Dengan air mata yang membuat
warga kota Pahlawan patah hati, Bu Risma berbicara blak-blakan tentang rencana
pengunduran dirinya. Beliau bilang, beliau capek.
Seketika media sosial Twitter dipenuhi dengan segala
ekspresi ketidakrelaan atas rencana mundurnya Bu Risma. Segala macam ekspresi
menyayangkan, kecewa, nggak rela, hingga dukungan ditujukan untuk Bu Risma saat
itu. “Kami sayang Bu Risma,””Kami bangga punya Bu Risma, Bu Risma jangan
mundur!” blablabla segala yang baik-baik buat Bu Risma.
Orang bilang, biarkan orang yang kamu cintai/sayangi
bahagia. Nah, kalo sayang Bu Risma, kenapa nggak ngebolehin Bu Risma
‘istirahat’? Bu Risma juga manusia, Bu risma bisa capek juga lho, teman-teman.
Bu Risma mau istirahat. Di luar jabatannya sebagai walikota, Bu Risma adalah seorang
ibu yang mencintai anak-anaknya, seorang ibu yang ingin mengurusi anak-anaknya
layaknya ibu-ibu pada umumnya.
Tapi, Bu Risma juga
mengurusi Surabaya layaknya anaknya sendiri lho, gimana dong?
Benar, dan menurut saya, Surabaya adalah anak yangsudah cukup
bekal untuk dilepas latihan jadi mandiri. Masa apa-apa yang ngurusin masih
ibunya sih? ;)
Bu Risma memang wanita yang luar biasa. Segudang prestasi
beliau persembahkan buat Surabaya. Seabrek perbaikan dan kebaikan sudah
diberikan untuk Surabaya. Ketika Bu Risma capek dan ingin istirahat, masa sih
kita dengan egois nya melarang beliau untuk mundur? Halo Surabaya, Bu Risma
tidak se-egois itu ketika rela turun langsung mengatur lalu lintas, menjadi
pemadam kebakaran dadakan, turun langsung membersihkan got loh.
Menurut saya, Bu Risma sudah memberikan contoh dan bekal
yang cukup bagi Surabaya. Oh, dan memberikan inspirasi bahwa siapa saja bisa
menjadi pahlawan di sekitarnya. Ayo lah, kurang terisnpirasi apa sih kalian
untuk mencontoh Bu Risma dan menjadi warga yang mandiri nggak tergantung sama
Bu Risma?
Jadi, kamu mendukung
Bu Risma untuk mundur?
Nggak juga. Saya kasihan aja lihat Bu Risma curhat
nangis-nangis di tivi. Air mata ibu yang tulus mengurus ‘anak’ tidak bisa berbohong. I do really wish Bu Risma tetap
memimpin Surabaya, tapi Bu Risma juga manusia,
bisa capek, bisa muntab. Mari kita memposisikan Surabaya sebagai anak
nakal yang sudah cukup dinasehati dan digembleng, dan anggap saja anak nakal
ini sudah mulai disuruh belajar mandiri agar tidak terus-terusan manja diurusi
oleh ibunya. Apapun keputusan Bu Risma, sudah semestinya kita mendukung,
sebagai salah satu bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kita kepada beliau.
Bisa kasih apa lagi sih kita buat Bu Risma selain itu?
Tulisan yg bagus... ♥♥♥♥
ReplyDeletewaaaah thank you mas fanyaa :D
ReplyDelete